“Kejadian pada tanggal 29-30 Oktober 2010”

                  Cerita berawal saat saya ingin merasakan bagaimana rasanya jd relawan ditengah-tengah warga di Lereng Merapi. Karena menurut pemerintah didaerah lereng bagian timur tidak berbahaya, sehingga pemerintah kurang memperhatikan warga dan tenaga relawan hanya berasal dari warga sekitar. Padahal warga sangat resah akan status Merapi yg mnunjukkan aktifitasnya. Karena itu, saya memutuskan untuk bergabung dengan relawan di desa Sangup, Musuk, Boyolali. Saya berangkat hari Sabtu sore dan sampai dipos pengungsian desa Sangup yg berada dijarak 13 KM dari puncak Merapi sekitar pukul 19.30 WIB. Saat itu suasana diposko masih dipenuhi warga. Namun pada pukul 22.00 WIB warga mulai meninggalkan posko menuju kerumah mereka masing-masing, karena dianggap tidak ada aktifitas Merapi yang menunjukkan bahaya. Kami pun menuju kearah puncak sejauh 1 KM karena tempat istirahat berada pada jarak 12 KM dari puncak.

Tanpa terduga, sekitar pukul 00.15 WIB kami dikagetkan dengan suara dentuman sebanyak 2 kali dan diikuti suara kentongan yang saling bersahutan untuk membangunkan para warga. Seketika kami keluar dan dapat terlihat jelas semburan lava pijar setinggi ± 3KM disertai awan hitam yang telah mencapai radius ± 11 KM dari puncak. Karena awan bergerak dengan cepat dan berpotensi membahayakan warga, maka kami pun segera menyiapkan transportasi yang ada untuk mengevakuasi warga ketempat yang aman dibantu oleh Tim PMI, termasuk warga yang ada di pos pengungsian yang hanya berjarak 13KM dari puncak. Jalan utama menuju ke tempat yang amanpun sangat padat dibanjiri oleh warga yang panik. Letusan dini hari tadi lebih dahsyat dari letusan pada hari Selasa kemarin, sehingga pos yang sudah didirikan terpaksa ditinggal karena awan hitam bergerak mendekati posko.

Kami bersama warga berkumpul di masjid desa Sumur, Musuk, Boyolali yang berjarak ± 15KM dari puncak dan dipastikan aman. Kemudian  kami beristirahat dengan tempat seadanya dibawah hujan abu vulkanik dengan intensitas sedang karena tidak ada persiapan sebelumnya.

Setelah matahari mulai terlihat dan Merapi untuk sementara tidak melakukan aktifitas yang membahayakan, warga kembali ke pos pengungsian awal dan sebagian ada yang kembali ke rumah mereka masing-masing untuk membersihkan barang-barang yang terkena abu vulkanik.